K.H
Abdul Wahid Hasyim
Lahir di desa Tebuireng, Jombang Jawa
Timur pada hari Jum’at Legi Tanggal 5 Rabiul Awal 1333 H atau 1 Juni 1914.
Ayahnya
bernama KHM. Hasyim Asy’ari ibunya Nafiqoh binti kiyai Ilyas. Istrinya bernama
Sholehah putri dari KHM Bisri Syamsyuri dengan Siti Nur Khadijah, adik kandung
KHA Wahab Hasbullah. KHM. Bisri Syamsuri adalah pengasuh pondok pesantren
Denanyar, jombang.
a) Sifat
Bentuk
badan gemuk, tegap, rambut hitam pekat, dan tidak jemu menghadapi persoalan,
dan punya banyak teori untuk memecahkannya. Tegas, keras tetapi konsekwen,
mudah menyesuaikan diri dan setia pada teman. Suka bergaul gemar menolong dan
suka berkawan dengan siapa saja tidak
memandang bangsa/suku. Pendiam, peramah dan pandai mengambil hati orang lain.
b) Pendidikan
Pada
waktu umur 5 tahun sudah belajar Al-Qur’an (tiap ba’da dzuhur dan tradisi pada
umur 7 tahun beliau sudah mengaji kitab-kitab klasik (gundul), seperti taqrib,
Minhajul Qawim, dan kitab lainnya. Pada umur 12 tahun tamat madrasah kemudian
sudah mulai mengajar, pada tahun 1932 naik haji kemudian memperdalam ilmu agama
di Makkah.
c) Jasa-jasa
Sebagai
perintis pengembangan pondok pesantren baik metode maupun materi bidang studi.
Sebagai Bapak Ma’arif (Musyawarh 1 tanggal 12 februari 1938 di Singosari,
Malang). Atas prakarsan beliau dengan mengadakan pendidikan formal lewat
madrasah.
Berjasa mempersatukan umat islam lewat MIAI (Al Majlisun Islami Ala
Indonesia) yang didirikan tanggal 1 maret 1983 (Menjadi ketua mulai September
sampai dengan Oktober 1941). Termasuk anggota BPUPKI, juga salah seorang yang
mendatangani Piagam Jakarta, yang menjiwai Pancasila dan Uud 1945.
Karirnya meningkat terus, sejak
menjadi Pengurus Ranting sampai menjadi pengurus besar NU. Pernah menjadi
Menteri Negara RI tahun 1945, dan menjadi Menteri Agama RI masa bakti 1949-1953
dan sebagai Menteri Jasanya antara lain :
i.
Menyelenggarakan perbaikan Pengurus
Haji.
ii.
Memprakarsai pendirian Pengurus Tinggi
Islam (PTAI) yang akhirnya sekarang menjadi IAIN.
Pesan
beliau :” Giatkan Pendidikan Bagi Tunas Muda NU karena tanpa Pendidikan NU akan
kehilangan Generasi Penerus”. Beliau wafat pada hari ahad tanggal 4 Sya’ban
1370 H atau 15 April 1953 dalam
kecelakaan perjalanan dari Bogor ke Jakarta.